Langsung ke konten utama

Bidik Karya Ibnu Rusyd [1]



Oleh : Khoirul Asyhar*

Prolog

Dialah Averroes, Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rusyd Al Qurthubi Al Andalusi (1126 -1198 M / 520 – 595 H), Sang Peneguk ilmu pengetahuan tanpa henti rasa dahaga. Yang dikenang dalam sejarah hidupnya sejak mampu berfikir logis hingga mangkatnya untuk berjumpa dengan Penggerak Nalarnya (Allah SWT), tidak pernah membiarkan malam berlalu tanpa diisi dengan berfikir dan membaca kecuali pada dua malam saja. Yaitu di saat Ayahnya meninggal dunia dan saat Malam pertama bersama Istrinya.[3]

Ibnu Rusyd Al Hafid dilahirkan serta dibesarkan di lingkungan keluarga Fuqaha', dia merupakan terah para Pemuka Ahli Fikih madzhab Maliki. bahkan ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Cordova-Andalusia[4]. Oleh karenanya, sangat wajar jika seorang Ibnu Rusyd kelak menjadi seorang Tokoh paling berpengaruh di masanya, hingga tiada pendapat yang diterima sebelum mendapat afirmasi Ibnu Rusyd. Dan  yang lebih menarik lagi, kemujuran Ibnu Rusyd yang di masa kecil mendapat pendidikan agama dengan baik oleh orang tuanya[5], dan kemudian hidup dewasa mendapatkan fasilitas terjamin dari Khalifah ke-tiga dari Dinasti Al-Muwahhidin, Yusuf bin Abdul Mu'min berkat kedekatannya dengan Ibnu Thufail, sehingga sampai pada akhir hayat, Ibnu Rusyd memiliki persinggungan sejarah dengan dinamika pemerintahan serta polemik sosial dan intelektual di lingkungan kerajaan. dari sana juga, sosok Ibnu Rusyd mulai meniti perjuangan nalarnya sehingga kelak menjadi pemikir hebat yang dapat menembus kegelapan barat menuju modernitas pemikiran dan pola nalar yang cemerlang sampai saat ini. Tentunya setelah melalui berbagai perjalanan sejarah dalam kehidupannya, seperti yang telah dibahas pada kajian perdana pekan lalu.


Peluncuran Karya Ibnu Rusyd

Averroes Muda dikenal sebagai sosok yang berpemikiran tajam, berwawasan luas dan berpandangan liberal yang bukan asal-asalan. Dia membidangi berbagai disiplin ilmu, mulai dari pengetahuan Islam yang Eksoterik (Fikih) hingga ajaran Islam yang bersifat esoterik (tashawuf). Selain itu juga menekuni disiplin ilmu lain, seperti  kedokteran, Astronomi, Sastra, Politik dan Filsafat.  Pada usia 36 th, Ibnu Rusyd mulai menelorkan buah karya pertamanya[6] di bidang ilmu kedokteran yang kemudian disusul karya-karya lain sampai mencapai sekitar 78 judul buku[7], baik  yang tersusun dalam beberapa volume dan sudah dicetak maupun yang berisikan satu jilid saja, ada yang sudah dicetak dan ada yang masih berupa manuskrip[8].

Namun, meski dia tercipta multi-talenta dengan kelebihan nalar yang dimilikinya, Ibnu Rusyd lebih terkenal dalam kacamata sejarah cendekia Muslim, selama 9 Abad ini sebagai Filosof Muslim. Dan bahkan oleh karena telah banyak menorehkan berbagai karya yang memperjelas teori Aristoteles, serta atas kesuksesannya meng-caunter attack kelompok anti filsafat, baik dari kalangan Mutakallimin maupun dari kalangan Fuqaha', banyak penggemar Filsafat menyematkan nama Arestotelianis Muslim kepada Ibnu Rusyd. Di samping, melejitnya penggemar Ibnu Rusyd di semenanjung Eropa pada tahun 1200-1600 M setelah karya-karyanya diterjemahkan ke bahasa Latin dan Ibrani (Hebrew) sampai pegiat Averroessisme menggenangi Eropa serta membenamkan doktrin-doktrin Gereja di sana. Dari situ, keilmuan Ibnu Rusyd di bidang Filsafat diakui diberbagai kalangan umat lintas beragama, Yahudi, Nasrani maupun Islam sendiri[9].

Berawal dari sebuah perkenalan antara Ibnu Rusyd dengan Khalifah Abu Ya'qub Yusuf bin Abdul Mu'min pada tahun 1169 M atas rekomendasi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail Al Qaisi Al Andalusi (Abubacer), Dokter Pribadi Khalifah Yusuf sekaligus rekan diskusinya, karir filosofis Ibnu Rusyd mulai menapak ke angkasa. Pada mulanya, Sang Khalifah berdiskusi dengan Abubacer, sedangkan Ibnu Rusyd hanya menyimak perdebatan mereka, dan tiba-tiba Khalifah mengajukan pertanyaan kepada Ibnu Rusyd ; Apa pandangan seorang Filosof tentang langit?  apakah ia merupakan makhluk yang qadim ataukah diciptakan baru-baru saja seperti kita? Ibnu Rusydpun terkejut atas pertanyaan itu, dia khawatir terjebak dalam pandangan Filsafat yang pada masa itu merupakan perbincangan sensitif di ranah pergulatan politik Islam. Namun, kekhawatiran Ibnu Rusyd terkikis dengan sendirinya setelah sang Khalifah mengemukakan pandangan-pandangan tokoh filsafat seperti Plato, Aristoteles serta para Ilmuwan lainnya, sehingga Ibnu Rusyd mengakui akan spesialisasi Khalifah di bidang ilmu filsafat, dan Ibnu Rusyd pun merasa mendapatkan ruang udara bebas untuk melejitkan pemikiran-pemikiran bebasnya tanpa terhantui terror dogma monokular sebagaimana yang terjadi di bawah panji kepemimpinan Al Ma'mun dari Dinasti Abbasiyyah[10].

Pada suatu hari, Khalifah Yusuf mengeluhkan beberapa ketidakjelasan pada idiom Arestoteles serta terjemahan-terjemahan karyanya oleh beberapa ilmuwan, lalu membincangkan persoalan tersebut bersama Ibnu Thufail seraya berkata, hendaknya ada cendekia Muslim yang mau menginterpretasikan karya-karya Arestoteles seperti ini, pasti sangat bermanfaat untuk dirinya, juga untuk generasi berikutnya. Kemudian Ibnu Thufail merekomendasikan Ibnu Rusyd untuk menangani persoalan tersebut, atas dasar bahwa Ibnu Rusyd memiliki kapabilitas yang mumpuni dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini secara tekun dan teliti. Sejak itu, karir Ibnu Rusyd sebagai komentator (Al Syarih) dimulai dari Al Syarh Al Shaghir lil Juziyyat wal hayawan dan Al Hiss Wal Mahsus (Parva Naturali). Dan beliau garap tugas mulia tersebut saat beliau menjabat sebagai Hakim di Saville[11].

Maka, sesuai urutan usia, karya Ibnu Rusyd sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr.  Muhammad Lutfi Jum'ah dalam bukunya Tarikh Falasifat Al Islam adalah sebagai berikut ;

-          Pada usia 36 tahun, beliau menulis buku al kulliyyat fi al thibb (colliget), sebelum tahun 1162 M
-          Pada usia 43 tahun, beliau menulis parafrase milik Aristoteles dan diberi nama asy syarhu ash shaghir lil juziyyat wal hayawan, (Talkhish Aqsami Al Hayawan-Pats Of Animals) di Saville, pada tahun 1169 M
-          Pada usia 44 tahun, dia menulis asy syarhu al awsath li al thabi'ah wa al tahlilat al akhirah, di Saville, pada tahun 1170 M
-          Pada usia 45 tahun, dia menulis Syarhu as sama' wal 'alam di Saville, pada tahun 1171 M
-          Pada usia 49 tahun, dia menulis Asy syarhu al shaghir lil fashahah wal syi'ri (Talkhish Ilmi Al Khathabah Wa Shina'ati Al Syi'ri) dan asy syarhu al Awsath lima ba'da al thabi'ah, di Cordova, pada tahun 1174 M
-          Pada usia 51 tahun, dia dia menulis Asyarhu Al Awsath lil akhlaq, pada tahun 1176 M
-          Pada usia 53 tahun, dia menulis Ba'dlu Ajza' Min Maddati Al Ajram, di Marakesh pada tahun 1178 M
-          Pada usia 54 tahun, dia menulis Al Kasyfu 'An Manahij Al Adillah, di Cevilla pada tahun 1179 M
-          Pada usia 61 tahun, dia menulis Asy Syarhu Al Akbar li Al Thabi'at, pada tahun 1186 M
-          Pada usia 68 tahun, dia menulis Syarhu Kitab Al Hummayat Li Galenous, pada tahun 1193 M
-          Pada usia 70 tahun, dia menulis Masail Fi Al Manthiq, pada tahun 1195 M saat-saat vonis pembakaran semua karyanya tentang Filsafat atas rekayasa musuh-musuhnya yang berhasil memprovokasi Khalifah Ya'qub Al Manshur dengan kedok agama, seperti Abu 'Amir Yahya bin Abi Al Husain bin Rabi'[12]. Ibnu Rusyd menulis buku ini sementara ia dalam pengasingan di kampung Yahudi, Lucenna selama sekitar satu bulan[13].

Adapun karya-karya lain yang tidak diketahui pada usia berapa Ibnu Rusyd menulisnya lebih banyak lagi dari pada yang diketahui tahun penulisannya. Ernest Renan dalam bukunya Averroes Et J'Averroesm merinci semua karya Ibnu Rusyd yang ditemukan di Perpustakaan Eskurbel-Madrid, seluruhnya ada 78 judul buku, meliputi ;  

-          28 judul di bidang Filsafat, di antaranya ; Tahafut Al Tahafut, Jauhar Al Ajram Al Samawiyyah, 2 Risalah bertajuk Ittishal Al 'Aqli Al Mufariq Bil Insan, Kitab Fil Fahshi ; Hal Yumkinu Al 'aqla Al Huyulaniyya An Ya'qila Al Shuwara Al Mufariqah Bi Akhirah Am La? , Syarh Risalati Ibni Bajjah (Avempace) –ittishalu Al 'Aqli Bil Insan-, Masail Fi Mukhtalafi Aqsami Al Mathiq, Al Qiyas Al Syarthiy, Kitabu Al Masail Al Burhaniyyah, Khulashatu Al Manthiq, Muqaddimatu Al Falsafah[14], Jawami'I Siyasati Aflathun, Maqalatun Fi Al Ta'rif Bi Jihati Nadhari Abi Nashr Al Farabi (Alpharabius) Fi Shina'ati Al Manthiq, Syuruh 'Ala Al Farabiy Fi Masail Al Manthiq Li Aristo, Kitabun Fi Ma Khalafa Abu Nashr Li Aristo, Maqalatun Fi Al Raddi 'Ala Abi 'Ali Ibni Sina (Avicenna) Fi Taqsimihi Al Maujudat, Talkhish Al Ilahiyyat Li Nikolaos, Risalah Fi Hal Ya'lamullahu Al Juziyyat?, Maqalah Fi Al Wujud Al Sarmadiy Wal Wujud Al Zamaniy, Kitabun Fi Al Fahshi 'An Masaila Waqa'at Fil 'Ilmi Al Ilahi Fi Kitabi Al Syifa' Libni Sina, Maqalah Fi Faskhi Syubhati Man I'taradla 'Ala Al Hakim Wa Burhanihi Fi Wujudi Al Maddati Al Ula Wa Tabyini Anna Burhana Aristo Huwa Al Haqqu Al Mubin, Masalatun Fi Al Zaman, Maqalah Fi Al 'Aqli Wal Ma'qul, Syarhu Maqalati Al Iskandar Al Afrudisi Fil Aqli, Masail Fi 'Ilmi Al Nafsi, Kitabani Fi 'Ilmi Al Nafsi, Masail Fi Al Sama' Wal 'Alam.

-           5 judul di bidang Teologi, di antaranya ; Fashlu Al Maqal Fima Baina Al Hikmati Wal Syari'ati Min Al Ittishal, Talkhish Fashli Al Maqal, Maqalah Fi Anna Ma Ya'taqiduhu Al Masysyauna Wa Ma Ya'taqiduhu Al Mutakallimuna Min Ahli Millatina Fi Kaifiyyati Wujudi Al 'Alami Mutaqaribun Fi Al Ma'na, Kitabu Al Minhaj Fi Ushuli Al Din, Syarhu 'Aqidati Al Imam Al Mahdi.

-           8 judul  di bidang Fikih, di antaranya ; Bidayatu Al Mujtahid Wa Nihayatu Al Muqtashid Fil Fiqhi, Mukhtasharu Al Mustashfa Fil Ushul Li Al Ghazali (Algazel), Al Tanbih Ila Al Khatha' Fi Al Mutun, Al Da'awa, Al Darsu Al Kamil Fi Al Fiqh, Risalah Fi Al Dlahaya, Risalah Fi Al Kharaj, Makasib Al Muluk Wal Ruasa' Wal Murabbin Al Muharramah.[15]

-           4 judul di bidang Astronomi, di antaranya ; Mukhtashar Al Magicti, Ma Yuhtaju Ilaihi Min Kitabi Al Magicti, Maqalah Fi Harakati Al Jirmi  Al Samawi, Kalam 'Ala Ru'yati Al Jirmi Al Tsabitati Bi Adwarin.

-          2 judul di bidang Gramatika bahasa Arab (Nahwu), di antaranya ; Kitabu Al Dlaruri Fi Al Nahwi, Kalam 'Ala Al Kalimah Wal Ismi Al Musytaq.

-          20 judul di bidang kedokteran, di antaranya ; Al Kulliyyat Fil Thibb, Syarhu Urjuzat Ibni Sina Fi Al Thibb, Maqalah Fi Al Tiryaq, Ajwibah Au Nashaih Fi Amri Al Ishal, Talkhish Kitabi Al Hummayat Li Galenous, Talkhish Kitabi Al Quwa Al Thabi'iyyah Li Galenous, Talkhish Kitabi Al 'Ilal Wal A'radl Li Gaalenous, Talkhish Maqalat Galenous Fi Tasykhish Taba'udli Al Ajza' Al Mushabah, Syarhu Kitabi  Al Istuqsat Li Galenous, Talkhish Kitabi Al Mizaj Li Galenous, Talkhish Al Khamsi Maqalat Al Ula Min Kitabi Al Adwiyah Al Mufradah Li Gaalenous, Talkhish Kitabi Hailati Al Bur'i Li Galenous, Ikhtilaf Al Mizaj, Risalah Fi Al Mufradat, Maqalah Fi Al Mizaj Al Mu'tadil, 'Unshur Al Tanasul, Maqadir Al Mulayyinat Fi Al Thibb, Masalah Fi Nawaib Al Humma, Maqalah Fi Hummayat Al 'Afan, Muraja'at Wa Mabahits Baina Ibni Thufail Wa Ibni Rusyd Fi Rasmihi Li Al Dawa' Fi Kitabi Al Kulliyyat.  Ditambah lagi 10 manuskrip berbahasa Ibrani dan Latin yang dinisbatkan kepada Ibnu Rusyd.[16]

Prasasti peninggalan Ibnu Rusyd tidak selengkap saat beliau masih hidup, bagaimana tidak? Banyak karyanya yang dibakar saat ia masih hidup, juga ada beberapa karyanya yang diharamkan untuk dipelajari setelah dia wafat, sehingga untuk mengembalikan karyanya secara utuh adalah hal yang mustahil, bahkan saat Ibnu Rusyd dipanggil oleh Khalifah Ya'kub Al Manshur untuk kembali ke Marakesh (Ibu Kota Maroko saat itu) pada tahun 1197 M dari pengasingan selama sekitar satu bulan di Lucenna, tidak melebihi setahun, kemudian sakit sampai ajal menjemputnya.[17]

Ibnu Rusyd terhadap Syari'at dan Filsafat

Sebagai seorang Hakim di Cevilla dan Cordova, juga sebagai penganut Agama yang baik, Ibnu Rusyd mempunyai tanggungjawab besar atas konsekuensi Filsafat yang diusungnya untuk memback-up pemikiran keberagamaannya, banyak sekali serangan, hujatan serta hasudan dari beberapa tokoh Islam saat itu yang menghantamnya sehingga pernah diasingkan di sebuah pelosok pemukiman Yahudi bernama Lucena. Namun begitu gigihnya prinsip nalarnya, sampai suatu saat Khalifah pun memanggilnya kembali ke Marakesh setelah menyadari bahwa apa yang dilakukan Ibnu Rusyd bukanlah sebuah penodaan terhadap agama, melainkan upaya harmonisasi antara Syari'at dengan Filsafat. Pemikiran tersebut tercermin pada bukunya yang berjudul ; Fashlu Al Maqal Fi Ma Baina Al Syari'ati Wa Al Hikmati Min Al Ittishal. Menurut Ibnu Rusyd, Syari'at dan Filsafat berada dalam bingkai ketunggalan kebenaran (wihdatul haqiqah). Artinya, keduanya menuju satu esensi kebenaran yang sama, meski termanifestasi dalam eksistensi dan metodologi yang beragam[18]. Dalam buku tersebut, bisa kita tebak bahwa di sanalah inti pemikiran teologis-filosofis Ibnu Rusyd, sekaligus prinsip keberagamaannya.

Dalam kitab tersebut, setidaknya Ibnu Rusyd mengangkat tiga bahasan, yakni mengenai Syari'ah dan Hikmah, hukum ta'wil serta metode konseptualisasi dan penghukuman dalam syari'ah. Ibnu Rusyd juga tampak menekankan sekali dalam menggunakan pendekatan  qiyas (silogisme) untuk melihat maujudat.dan menurutnya itu merupakan metode Burhani (demonstratif) yang paling diagung-agungkannya. Ibnu Rusyd mendefinisikan ta'wil dalam kitabnya tersebut, "mengeluarkan lafal dari dalalah haqiqiyyah (makna sejati) kepada dalalah majaziyyah (makna metaforik) tanpa melanggar tradisi lisan orang Arab"[19].

Bagi yang menilai seorang Averroes dari sisi keistimewaan rasionalitas serta kepiawaian logikanya, sudah barang tentu akan mengumpatkan kritikan terhadapnya, bukankah prinsip semacam itu mengesankan pola fikir konservatif dan eksklusif?, seoalah terjadi ambiguitas dalam pemikiran Ibnu Rusyd, di satu sisi sangat mengandalkan rasionalitas, di sisi lain terselubung konservatisme dalam prinsip pemahamannya terhadap ta'wil. Tapi walau bagaimanapun, selain seorang filosof, Ibnu Rusyd juga ahli tata bahasa Arab. pendapat sementara penulis, barang kali Ibnu Rusyd memiliki pertimbangan bahasa yang matang dalam mengatasi problematika ta'wil, sehingga menyelipkan kalimat "tradisi bahasa orang arab" saat mendefinisikan ta'wil tersebut.

 Memang Ibnu Rusyd terkadang menyampaikan statemen yang kontroversial di kalangan Ulama' Islam. terlebih dalam ilmu kalam, bahkan vonis zandaqah pernah dilemparkan kepadanya oleh beberapa Ulama semasanya. Dalam hemat penulis, ada tiga poin penting yang dari sejak Ibnu Rusyd sudah digegerkan di kalangan Ahli Kalam, Ibnu Rusyd juga memaparkan penjelasan dalam kitabnya Fashlu Al Maqal dan Dlamimat Al 'Ilmi Al Ilahi, yaitu ;
  1. Tentang Alam, apakah ia Qadim ataukah Muhdats?
  2. Tentang Ilmu Allah, apakah mencakup hal-hal partikular (juziyyat), ataukah cukup hal-hal yang universal (kulliyyat) saja?
  3. Tentang Al Ma'ad, apakah manusia kelak dibangkitkan dan dikembalikan secara fisik (sebagaimana saat ia hidup di dunia), atau hanya ruhnya saja?
Tiga poin inti tersebut juga mengungkap doktrin utama Ibnu Rusyd dalam upaya rekonsiliasi filosofisnya, maklumat tentangnya dapat kita nikmati jika sejenak kita menyelami pendapat-pendapatnya saat mengemukakan bantahan terhadap kalangan teolog di bukunya yang berjudul Al Kasyfu 'an Manahij Al Adillah fi ‘aqaidi al millah, serta dalam bukunya Tahafut Al Tahafut ketika menyanggah Al Ghazali tentang 20 poin ajaran Filsafat yang dianggapnya menyimpang dari Syariat Islam. Mudah-mudahan pekan berikutnya kita bisa mengupas-tuntas isu klasik tersebut bersama para Pegiat Madrasatul 'Aqidah Wal Falsafah.

Epilog

Flash-back membincang soal karya Ibnu Rusyd, mengesankan bagi Penulis bahwa Averroes Rahimahullah merupakan Pustaka Dunia yang mengisi ruang-ruang gelap nalar para pemikir yang masih mengandalkan daya baca skriptual dari masa ke masa. Sekalipun bukan seorang pencetus (al Mubdi') sebuah teori tertentu di bidang keilmuan yang ditekuninya, sumbangsih Ibnu Rusyd sebagai Komentator dan Interpretator (Al Syarih) teori-teori Aristoteles dan berbagai karya Ilmuwan yang mendahuluinya, dia ibarat kartu Jocker yang bisa menyisipkan andil besar dalam melengkapi kekurangan dan menerangi kerancuan penjelasan. sehingga mampu menghidupkan kembali lentera peradaban dunia sejak abad 13 sampai sekarang.

Sebagai kalimat penutup, mempelajari Ibnu Rusyd tidak lain menapak tilas perjalanan pemikirannya menuju Allah SWT. Dengan menelisik keindahan ciptaan serta keteraturan tata ruang yang diciptakan-Nya sesuai dengan kebutuhan Makhluk di alam yang diabadikan-Nya. Semoga kita semua senantiasa dibimbing melalui Universalitas Ilmu-Nya, sehingga mampu memahami makna-makna partikular di balik alam yang dapat kita indra selama ini, untuk semakin meyakini keesaan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba yang masih tertatih-tatih menggapai hakikat dari-Nya. Wallahu A'lam bish shawab.


[1] . Makalah ini disampaikan pada diskusi regular mingguan Madrasatul 'Aqidah Wal Falsafah, Senin, 21 November 2011 di Sekretariat IKMAL- Mutsallats, St. Saqar Quraish, 'Imarah 76 Boarding 5.


[2] . Pemakalah adalah Mahasiswa pemula yang terburu-buru tingkat IV di Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat di Universitas Al Azhar Kairo, angkatan 2008 marhalah Jaljalut Kubra. J


[3] . Tarikh Falasifati Al Islam, Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Maktabah Al Usrah Cet. II Th. 2008 hal. 121


[4] . Kakeknya sering dimintai fatwa oleh para pejabat, gubernur dan ilmuan, Baik yang ada di Andalus maupun di Maghrib (Maroko). Tak hanya itu, para Sultan juga sering menjadikan pendapat-pendapatnya sebagai pertimangan politik. Baca ; 'Abduh Al Syamali, Dirasat Fi Tarikh al Falsafah al-'Arabiyyah al-Islamiyyah, (Beirut: Dar al-Shadir, 1979), Cet. V hal. 644. Baca pula ; Muhammad Syahatah Rabi', al-Turats al-Nafsi 'inda Ulama al-Muslimin, hal 524-525


[5] . Di bawah asuhan orang tuanya, Abul Walid Ibnu Rusyd Al Hafid belajar Tauhid madzhab Asy'ari, serta belajar Fikih bermadzhab Maliki, dan juga mendalami berbagai disiplin ilmu dengan Ulama semasanya tentang pengetahuan esakta lain, seperti Matematika, gramatika bahasa Arab, Sastra Al Mutanabbi, kedokteran dan lain sebagainya. Baca ; Ibnu Rusyd War Rusydiyyah, 'Adil Za'iyyah, tarjamah Averroes Et J' Averroesm karya Ernest Renant, Maktabah Al Tsaqafah Al Diniyah, Cairo. Tahun 2008 Cet. I hal 28


[6] . Ibnnu Rusyd mulai melaunchingkan karyanya pada separuh kedua umurnya, dia wafat ketika berusia 72 tahun, sementara usia 36 tahun baru meluncurkan buku pertamanya. hal tersebut sangat wajar sekali, karena kematangan disiplin ilmu kedokteran, Fikih sekaligus Filsafat memang membutuhkan waktu tela'ah yang cukup lama. Toh, dia sangat produktif sehingga sejak saat itu, setiap tahunnya menyelesaikan karya tulis di berbagai disiplin ilmu sekurang-kurangnya dua judul buku. Baca Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Tarikh Falasifat al-Islam, Maktabah al-Usrah, cet II tahun 2008 hal. 147-148


[7] . Menurut Ernest Renan, jumlah keseluruhan mencapai 78 judul sesuai data buku di perpustakaan Eskurbel, adapun menurut koleksi Ibnu Ushaibi'ah hanya mencapai sekitar 50 judul dan tidak kurang. Baca Ernest Renan, Averroes Et J'Averroesm, diterjemahkan oleh 'Adil Za'iyyah, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Cairo. Cet. I tahun 2008 hal. 68


[8] . Ibid, hal. 82

[9] . Muhammad Syahatah Rabi', al-Turats al-Nafsi 'inda Ulama al-Muslimin, Iskandariyah : Dar al-Ma'rifah al-Jami'iyah, 1998 hal. 523

[10] . Diceritakan oleh Ibnu Rusyd sendiri kepada muridnya, Al Faqih Abu Bakr Bandawed Bin Yahya Al Qurthubi, baca Al Mu'jib fi talkhishi akhbari al maghrib lil Marakushi, hal 174 atau Tarikh Falasifati Al Islam, hal. 123-124 Karya Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah cet. II Maktabah Usrah 2008. Baca juga, T.J. De Boer, The History Of Philosophie In Islam, alih bahasa arab, Muhammad Abdul Hadi Abu Raedah. Maktabah al-Usrah, Cairo, tahun 2010 hal. 341


[11] . Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Tarikh Falasifat al-Islam, Maktabah al-Usrah, Cet. II, Cairo, tahun 2008  hal. 124

[12] . Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Tarikh Falasifat al-Islam, Maktabah al-Usrah, Cet. II, Cairo, tahun 2008  hal. 136


[13] . Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Tarikh Falasifat al-Islam, Maktabah al-Usrah, Cet. II, Cairo, tahun 2008  hal. 148. Baca juga, Ernest Renan, Averroes Et J'Averroesm, alih bahasa arab oleh 'Adil Za'iyyah, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Cairo. Cet. I tahun 2008 hal. 66

[14] . Buku tersebut tersusun dari kumpulan 12 karyanya, yaitu ; al Hamil wal Mahmul, al Hudud, at Tahlil al Awwal wa al Tsani, al Qadlaya, al Qadlaya al Shahihah wal Fasidah, al Qadlaya al Lazimah wa ghairu al Lazimah, al Barhanah, al Natijah al Muthabiqah, Ra'yu al Farabiy fi al Qiyas, Khashaish al Nafsi, al Hissu wa as Sam'u, al Shifatu al Arba'. Baca : Ernest Renan, Averroes And Averroesm, diterjemahkan oleh 'Adil Za'iyyah, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Cairo. Cet. I tahun 2008 hal. 71-72.


[15] . Terkadang ada yang salah faham, dengan mengatakan bahwa Ibnu Rusyd mengarang kitab Al Tahshil dan Al Muqaddimat Fi Al Fiqh, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Ushaibi'ah. Memang benar kedua kitab itu dikarang oleh Ibnu Rusyd, tp yang kakek (al jadd), bukan yang cucu (al hafid). Yang perlu diteliti, bahwa ada tiga Ulama Fikih yang berkuniah Ibnu Rusyd, mereka adalah Muhammad bin Rusyd (kakek), Muhammad bin Rusyd (cucu) dan Abu Abdillah Muhammad bin Umar yang hidup sekitar tahun 700-an hijriyah. Baca ; Ernest Renan, Averroes Et J'Averroesm, diterjemahkan oleh 'Adil Za'iyyah, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Cairo. Cet. I tahun 2008 hal. 77-78.

[16] . Ernest Renan, Averroes Et J'Averroesm, diterjemahkan oleh 'Adil Za'iyyah, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Cairo. Cet. I tahun 2008 hal. 69 - 87


[17] . Anas Mahmud Al 'Aqqad, Nawabigh Al Fikr Al 'Arabi, Vol. I Ibnu Rusyd, Darul Ma'arif cet. VI Cairo, hal. 29. Baca juga ; Tarikh Falasifati Al Islam, Dr. Muhammad Luthfi Jum'ah, Maktabah Al Usrah Cet. II Th. 2008 hal. 118


[18] . Ibnu Rusyd, Fashlu Al Maqal Fi Ma Baina Al Hikmati Wal Syari'ati Min Al Ittishal, Tahqiq Dr. Muhammad Imarah, Dar Al Ma'arif, Cairo, Th. 1972, hal. 31, baca juga ; Silsilat al-Mausu'ah al-Islamiyah al-Mutakhashshishah (9), Wizarat al-Auqaf al-Majlis al-A'la li al-Syu'un al-Islamiyah, Cairo tahun 2010, hal. 70

[19] . Ibnu Rusyd, Fashlu Al Maqal Fi Ma Baina Al Hikmati Wal Syari'ati Min Al Ittishal, Tahqiq Dr. Muhammad Imarah, Dar Al Ma'arif, Cairo, Th. 1972, hal. 32

*Ketua Sema-FU 2010-2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Megetahui keraguan-keraguan yang datang dari beberapa arah, ser

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suatu kalimat, baik kalimat itu berstatus mu’rob maupun mabni, dan ini adalah